Pelajari cara efektif mengurangi scrap pada proses press mulai dari setting mesin, kondisi dies, kualitas material, hingga material handling untuk meningkatkan yield dan efisiensi produksi.
Scrap pada proses press adalah salah satu sumber kerugian terbesar dalam produksi—bukan hanya karena material terbuang, tetapi juga karena waktu, tenaga, dan kapasitas mesin ikut hilang. Dalam banyak kasus, scrap bukan terjadi karena satu faktor saja, melainkan gabungan dari setting yang kurang tepat, dies yang mulai aus, kualitas material yang tidak konsisten, hingga cara handling yang kurang rapi.
Kabar baiknya, scrap bisa ditekan secara signifikan jika perbaikannya dilakukan dari hulu ke hilir: mulai dari parameter mesin, kondisi tooling, kontrol material, hingga standar kerja operator. Artikel ini membahas langkah praktis untuk mengurangi scrap pada proses press secara sistematis dan mudah diterapkan di lapangan.
1. Identifikasi Jenis Scrap yang Paling Dominan (Jangan Tebak-Tebak)
Sebelum melakukan perbaikan, pastikan tim tahu scrap yang paling sering terjadi. Contohnya:
- crack atau pecah pada hasil press
- burr berlebih (hasil potong kasar)
- dimensi melenceng (out of spec)
- wrinkling / kerutan
- deformasi atau springback berlebihan
- scratch atau dent akibat handling
Langkah awal yang efektif:
- buat klasifikasi scrap (kategori + penyebab awal)
- hitung jumlah per jenis scrap per shift
- tentukan top 3 scrap terbesar untuk fokus perbaikan
Tanpa data ini, perbaikan akan acak dan sulit terlihat hasilnya.
2. Setting Mesin Press: Pastikan Parameter Stabil dan Repeatable
Banyak scrap berasal dari setting yang berubah-ubah antar operator atau antar shift. Karena itu, setting harus dibuat stabil dan standar.
Hal yang perlu dicek dari sisi setting:
- tonnage sesuai kebutuhan proses (tidak kurang, tidak berlebih)
- stroke dan speed disesuaikan dengan material & part
- feed length akurat (hindari misfeed)
- alignment material masuk dies benar
- tekanan dan timing sistem (jika ada) konsisten
Tips penting:
- pastikan parameter utama dicatat sebagai “golden setting”
- gunakan checklist start-up sebelum produksi massal
- lakukan trial 5–10 pcs pertama sebagai validasi sebelum jalan full
Setting yang stabil biasanya langsung menurunkan scrap dalam jumlah besar.
3. Kondisi Dies dan Tooling: Scrap Sering Berasal dari Keausan yang Tidak Terlihat
Dies yang sudah aus tidak selalu terlihat parah, tapi dampaknya besar pada kualitas hasil press.
Tanda umum dies mulai bermasalah:
- burr makin tinggi dari biasanya
- part mulai melenceng dimensi
- permukaan mulai kasar atau tearing
- trimming tidak clean
- terjadi crack padahal material sama
Yang perlu dilakukan:
- jadwalkan preventive maintenance dies (bukan tunggu rusak)
- kontrol sharpness cutting edge
- cek clearance, guide, dan alignment
- pastikan lubrication dies cukup dan merata
Scrap karena dies biasanya meningkat pelan-pelan, jadi sering tidak terasa sampai akhirnya tinggi.
4. Kontrol Material: Kualitas Material yang Tidak Konsisten = Scrap Naik
Material adalah faktor utama dalam press. Kalau material tidak konsisten, setting terbaik pun tetap bisa menghasilkan scrap.
Hal yang harus dikontrol:
- ketebalan material (thickness variation)
- kekuatan material (yield strength / tensile)
- kondisi permukaan (rust, oil, kontaminasi)
- grain direction (untuk part tertentu sangat berpengaruh)
- coil set atau residual stress
Perbaikan yang bisa dilakukan:
- inspeksi incoming material (sampling terukur)
- pastikan material sesuai spec yang disepakati
- pisahkan lot material yang bermasalah agar tidak tercampur
- buat sistem traceability lot agar scrap bisa ditelusuri
Banyak scrap yang sebenarnya “muncul” dari material, tapi disalahkan ke mesin.
5. Lubrication: Hal Kecil yang Sering Jadi Akar Crack dan Scratch
Lubrication memengaruhi friction pada proses forming. Tanpa lubrication yang benar, risiko crack, galling, atau permukaan rusak akan naik.
Hal yang perlu dicek:
- jenis lubricant sesuai material dan proses
- aplikasi lubricant merata (tidak terlalu sedikit/berlebih)
- nozzle tidak tersumbat
- part tidak “kering” di area forming kritis
Prinsipnya:
- kurang lubricant → risiko crack dan tear meningkat
- berlebih lubricant → slip dan dimensi bisa tidak stabil
Lubrication yang benar bisa menurunkan scrap tanpa mengubah dies dan setting besar-besaran.
6. Material Handling: Banyak Scrap Terjadi Setelah Part “Jadi”
Ini bagian yang sering diabaikan: scrap tidak selalu terjadi saat pressing, tapi saat handling.
Contoh scrap akibat handling:
- scratch saat stacking
- dent saat dipindah
- part bengkok karena posisi penyimpanan salah
- part ketindih atau jatuh
- kontaminasi (debu/serpihan) yang merusak permukaan
Solusi practical:
- gunakan separator atau pelindung antar part
- batasi tinggi stacking sesuai standar
- buat jalur handling yang tidak sempit dan tidak riskan benturan
- gunakan trolley/box yang sesuai ukuran part
- pastikan area kerja bersih dari serpihan metal
Material handling yang rapi sering langsung menurunkan scrap “kosmetik” (scratch/dent).
7. Standarisasi Kerja Operator: Scrap Sering Naik karena Variasi Cara Kerja
Dua operator dengan mesin yang sama bisa menghasilkan scrap yang berbeda, karena variasi cara kerja.
Yang perlu distandarkan:
- cara loading material
- cara cek first piece
- cara setting ulang saat terjadi abnormal
- kapan stop dan call leader/maintenance
- cara membersihkan dies / area kerja
Cara yang efektif:
- buat SOP visual (foto atau langkah singkat)
- lakukan training singkat per shift
- gunakan checklist dan “quality gate” untuk first piece approval
Standarisasi membuat proses lebih repeatable dan scrap lebih terkendali.
8. Sistem Quality Check: Deteksi Dini Lebih Murah daripada Scrap Massal
Scrap paling mahal adalah scrap yang baru ketahuan setelah produksi banyak.
Maka perlu sistem quality check:
- first piece inspection setiap start produksi
- periodic check (misalnya setiap 30 menit atau setiap 100 pcs)
- cek dimensi kritis dan visual defect
- catat tren: kalau mulai bergeser, stop sebelum jadi scrap besar
Quality check bukan untuk menyalahkan, tapi untuk “early warning system” supaya scrap tidak meledak.
9. Gunakan Analisis Root Cause yang Sederhana Tapi Konsisten
Kalau scrap tinggi, jangan hanya rework atau buang. Gunakan root cause sederhana seperti:
- 5 Why (kenapa-kenapa sampai ketemu akar)
- fishbone (Man, Machine, Material, Method, Measurement, Environment)
Tujuannya:
- mengetahui penyebab utama
- membuat action yang spesifik
- mencegah scrap terulang
Perbaikan scrap yang sukses biasanya bukan karena satu ide besar, tapi perbaikan kecil yang konsisten.
Kesimpulan
Mengurangi scrap pada proses press membutuhkan pendekatan menyeluruh: bukan hanya setting mesin, tetapi juga kondisi dies, stabilitas material, lubrication, material handling, dan standar kerja operator. Scrap biasanya terjadi karena variasi kecil yang tidak dikontrol—dan semakin cepat variabel itu dikunci, semakin turun scrap dan semakin tinggi yield.
Dengan memulai dari identifikasi scrap dominan, menjaga setting yang repeatable, memastikan dies dalam kondisi optimal, mengontrol material, dan memperbaiki handling, kamu bisa menurunkan scrap secara nyata tanpa harus mengubah seluruh proses. Yang paling penting: lakukan perbaikan berbasis data dan konsisten dieksekusi di setiap shift.
Baca juga :