Pelajari perbedaan progressive die dan transfer die untuk produksi massal: cara kerja, kelebihan-kekurangan, biaya tooling, fleksibilitas desain, dan panduan memilih yang paling cocok.
Dalam produksi massal komponen logam (stamping), pilihan tooling sangat menentukan: biaya per part, kecepatan output, scrap material, stabilitas kualitas, hingga fleksibilitas desain. Dua pendekatan paling umum untuk high-volume adalah progressive die dan transfer die.
Keduanya sama-sama memakai beberapa stasiun proses (piercing, blanking, forming, bending, dll). Bedanya: cara material/part berpindah di tiap stasiun. Memahami mekanismenya akan membantu kamu memilih die yang paling “masuk akal” untuk target volume dan bentuk part.
1. Cara Kerja Progressive Die (Ringkas tapi Kuat)
Progressive die bekerja dengan strip material (biasanya dari coil) yang bergerak step-by-step melewati beberapa stasiun dalam satu set die.
Alurnya:
- coil → feeder mendorong strip
- tiap stroke press: strip maju satu “pitch”
- di setiap stasiun terjadi proses berbeda
- di stasiun akhir, part biasanya ter-blank keluar dari strip
Ciri khas:
- part “lahir” dari strip dan keluar di ujung proses
- sangat cocok untuk part kecil–menengah dengan geometri yang bisa diproses berurutan
2. Cara Kerja Transfer Die (Lebih Fleksibel untuk Part Kompleks)
Transfer die umumnya memproses blank (potongan awal) yang kemudian dipindahkan antar stasiun menggunakan mekanisme transfer (gripper/robotic fingers).
Alurnya:
- blank dibuat (bisa dari line blanking terpisah atau stasiun awal)
- part dipindahkan dari stasiun ke stasiun
- tiap stasiun bisa melakukan forming yang lebih agresif
- part keluar sebagai bentuk akhir
Ciri khas:
- tidak “terikat” strip di sepanjang proses
- lebih cocok untuk part yang butuh ruang bebas saat forming atau bentuknya kompleks/bervolume
3. Perbandingan Cepat: Progressive vs Transfer
Berikut perbedaan yang paling terasa di produksi massal:
- Kecepatan (SPM):
Progressive cenderung lebih cepat untuk part yang cocok, karena feeding strip sederhana.
Transfer bisa lebih lambat karena mekanisme transfer dan stabilisasi part. - Efisiensi material (scrap):
Progressive bisa sangat efisien, tapi tergantung nesting strip.
Transfer bisa lebih fleksibel dalam blank shape, namun ada potensi scrap dari proses blanking terpisah. - Kompleksitas part:
Progressive bagus untuk urutan operasi yang “linear” dan part relatif flat/2.5D.
Transfer unggul untuk deep draw/forming besar, fitur kompleks, dan part yang perlu orientasi tertentu. - Stabilitas dimensi & handling:
Progressive: part masih “nyangkut” di strip sampai akhir → stabil untuk beberapa fitur.
Transfer: part bebas lebih awal → perlu kontrol handling agar tidak mark/geser. - Biaya tooling & integrasi:
Progressive sering jadi “paket lengkap” (blanking + forming) dalam satu die set.
Transfer bisa butuh tooling tambahan (blanking line/blank die) dan sistem transfer.
4. Kapan Progressive Die Lebih Cocok?
Pilih progressive die jika kondisi kamu seperti ini:
- volume sangat tinggi dan butuh output cepat
- part relatif kecil–menengah, tidak terlalu tinggi (height)
- fitur bisa dikerjakan berurutan tanpa part harus “dilepas” lebih awal
- material tersedia dalam coil dan proses feeding stabil
- target biaya per part harus serendah mungkin setelah tooling investasi
Contoh umum:
- bracket kecil, clip, connector plate, washer kompleks, part stamping dengan beberapa piercing + bending sederhana
5. Kapan Transfer Die Lebih Cocok?
Pilih transfer die jika kondisi kamu seperti ini:
- part membutuhkan forming besar / deep draw / shape 3D yang sulit dilakukan saat masih terikat strip
- desain part lebih besar atau bentuknya membuat strip layout tidak efisien
- perlu fleksibilitas urutan operasi yang lebih “bebas”
- risiko deformasi tinggi jika part tetap terhubung ke strip
- kamu butuh ruang untuk restrike, cam forming kompleks, atau kontrol orientasi
Contoh umum:
- komponen otomotif tertentu, housing, deep drawn cup, part yang butuh beberapa tahap forming dengan kontrol ketat
6. Faktor Keputusan yang Paling Menentukan di Lapangan
Kalau kamu sedang memilih, cek 7 hal ini dulu:
- Target volume & takt time (berapa pcs/jam yang harus dicapai)
- Kompleksitas forming (shallow vs deep draw, springback, restrike)
- Ukuran part & material utilization (nesting strip vs blank shape)
- Toleransi kritis (fit, flatness, hole-to-hole, positional)
- Risiko kosmetik (marking dari gripper/transfer, scratch)
- Ketersediaan press & feeding/transfer system (existing machine capability)
- Total cost of ownership: tooling + maintenance + downtime + scrap + operator skill
7. “Rule of Thumb” Praktis
Kalau butuh patokan cepat:
- Part kecil, banyak operasi ringan, volume tinggi, ingin SPM tinggi → Progressive Die
- Part lebih besar/kompleks, forming agresif, butuh part bebas di tiap stasiun → Transfer Die
Namun keputusan final tetap harus mempertimbangkan desain part dan kemampuan press line yang tersedia.
Kesimpulan
Untuk produksi massal, progressive die biasanya unggul dalam kecepatan dan efisiensi ketika part cocok dengan alur strip yang berurutan. Sementara transfer die lebih unggul untuk part yang lebih kompleks dan butuh fleksibilitas forming karena part dipindahkan antar stasiun dalam kondisi lebih bebas.
Baca juga :